Kamis, 04 Agustus 2011

Piring-piring di Hari Minggu

Hari minggu sekarang semua berkumpul. Ada pesta disini. Merayakan apa ya? Ah, mana saya tahu… Untuk berkumpul dan mengadakan pesta memangnya harus selalu ada alasannya ya? Disini duduk berkumpul. Tak perlu meja. Cukup karpet atau samak dan beberapa piring-piring. Piring-piringnya ikut berpesta. Masing-masing piring punya nama, tapi jangan ditanya satu-satu, suatu saat nanti bertemu lalu tidak bisa mengingat nama mereka kan mereka pasti jadi sedih. Cukup lihat saja satu-satu apa yang mereka bawa.

Ih, misalnya piring yang duduk di samping kakak kedua. Itu dia yang bikin tuh. Usus-usus ayam dia kawinkan dengan berbagai macam bumbu. Perkawinannya dimeriahkan oleh banyak cabe rawit warna merah dan gemuk. Wah, kalau dibayangkan rasanya, mungkin lidah bisa menari-nari seperti orang mabuk atau seperti orang yang kebelet pipis.

Oh, atau misalnya piring yang sedang menyimak obrolan kakak pertama dan adik sepupu. Itu sih saya yang bikin. Masakan kampung untuk kami-kami yang kampungan. Kerupuk Sumber Sari direbus sebelum akhirnya dijodohkan di atas penggorengan bersama bumbu-bumbu dapur. Si cabe rawit yang merah dan gemuk itu laku juga. Di undang di perkawinan dan perjodohan sana-sini. Nanti lidah yang mabuk atau kebelet pipis bertambah banyak deh…



Eh, ternyata piring yang tadi pagi masih ada disitu. Kalo itu kakak pertama yang bikin. Dia semacam pesulap handal. Menyulap beberapa sisir roti menjadi roti bakar. Ada yang isinya gula. Ada yang isinya coklat. Ah, kakak pertama… Ada-ada saja. Yang ini sih lidah tak perlu mabuk atau kebelet pipis. Yang ini malah bikin lidah cengar-cengir seperti sedang curi-curi pandang dengan kecengan. Hei, lidah! Jangan ngeceng melulu. Nanti jadi kacung loh…

Ah, itu piring yang meringkuk di sudut samak. Itu piring isinya cerita semua. Duh, banyak sekali ceritanya sampai-sampai si piring meringkuk di sudut samak. Mungkin takut ditambah lagi ceritanya. Nanti dia kecapaian. Ceritanya macam-macam. Macam-macam saja. Tidak perlu tahu ceritanya, kalau mau tahu ya bergabung dengan kami. Di pesta kami di hari Minggu.

Uh, dan ini adalah piring yang sedari tadi dipegang si Mamak sambil berbincang dengan anaknya si kakak kedua. Itu piring isinya kenangan semua. Kenangan akan Papap. Yang duluan pergi ke surga. Itu piring mungkin nanti akan dikirim ke surga. Supaya Papap bisa ikut menikmatinya juga. Di piring itu kan ada doa-doa juga. Pantas saja piringnya terlihat damai. Doanya banyak kok. Mungkin piringnya merasa kebagian doa juga. Padahal itu untuk Papap. Masalah pembagian doa dan kenangan diatur-atur aja nanti begitu sampai di surga ya…

Ini hari minggu. Papap dulu pergi ke surganya juga hari Minggu. Kami juga menangisnya berpuluh-puluh minggu. Duh, tapi hari ini piring yang isinya tangisan sedang cuti. Kasihan, dia lembur terus sejak Papap pergi ke surga. Yasudah, piring-piringnya sudah memanggil. Pestanya sudah mau dimulai. Lidahnya sudah tidak sabar. Merayakan apa ya? Ah mana saya tahu… Kapan-kapan ikut bergabung ya dengan kami. Selamat mengunyah.

0 komentar:

Posting Komentar